Selasa, 15 Oktober 2019

Kenapa Harus Nge-Blog?

20.47



Tantangan nulisyuk kali ini masih berlanjut. Temanya Kenapa Harus Nulis Di Blog?

Sebenarnya sejak tahun 2012 aku sudah punya blog sederhana. Hasil ngutak atik sendiri. Dulu sih, buat blog niatnya untuk nulis agenda sehari-hari. Menulis kegelisahan hati. Menulis saat hati sedang rindu. Menulis untuk memotivasi dan menasihati diri sendiri. 
Berharap ia seperti buku harian yang bisa menjadi tempat curhatku.

Apa dinyana, ternyata semangat untuk nulis masih timbul tenggelam. Setahun blog diabaikan. Nggak ditengok, apalagi diisi. Pernah ikut training blogging untuk pemula. Malah ikut komunitas blogger. Hanya belum tergerak untuk aktif menulis di blog.

Padahal, selain sarana untuk berbagi, nulis di blog juga banyak manfaatnya. Menebar ilmu, menulis konten, me-review produk, ikut lomba, dan lain-lain. 
Buat yang mau berpenghasilan dari rumah, profesi blogger bisa jadi pilihan.

Untuk aku, blog masih menjadi sarana untuk belajar nulis. Aku masih mencari niche yang sesuai. Mungkin karena aku terlalu pemilih ya. Misalnya harus me-review produk, maka aku harus mencoba dulu, memilih, sehat atau enggak, bagaimana kehalalannya, spesifikasi produk harus jelas. Khawatir, apa yang aku tulis ternyata tidak sesuai dan tidak cocok bagi orang lain.

Itulah kenapa, blog-ku masih sedikit isinya. Aku masih harus terus belajar dan mencari konten yang sesuai. Dengan ikut kelas nulisyuk, diingatkan lagi untuk kembali nengok blog. Agar blog yang sudah dibangun sejak 2012 nggak sia-sia. Semoga semangatku terbangun kembali, ya. Hamasah!


#nulisyuk
#belajarnulis
#nulisyukbatch38
#challenge2


Senin, 07 Oktober 2019

Nikmati Prosesnya, Maka Menulis Menjadi Mudah

15.36
Itu kata guru-guru dari beberapa kelas yang pernah kuikuti. Tapi kenapa ya, setelah mengikuti sekian banyak kelas menulis, tulisanku belum berkembang signifikan. Perbendaharaan kata nggak bertambah, padahal buku-buku sudah dibaca. Apatah lagi tulisan yang bermakna dan menyentuh. Duuh... kok rasanya masih jauh ya.

Selidik punya selidik, coba introspeksi diri, oalah... itu kan karena aku jarang berlatih nulis. Banyak peristiwa berlintasan di depan mata, hanya menjadi bahan pemikiran. Tidak dituangkan dalam bait-bait kata. Sekedar ide pun tidak. Akhirnya, pemikiran itu hilang tersapu angin.

Banyak yang mengingatkan untuk selalu menuliskan ide-ide yang melintas. Tapi kadang waktu datangnya ide nggak tepat. Lah, lagi di kamar mandi ide datang. Selesai urusannya, ide pun minggat. Tapi sekarang aku punya jurus, ide yang datang tidak dibuat kalimat panjang. Satu dua kata saja dulu. Diingat dan dicatat apa adanya. Nanti setelah waktunya luang, baru deh dikembangkan lagi. Alhamdulillah, berhasil.

Dulu, aku juga nggak berani mempublikasikan tulisan di media sosial. Malu, takut salah, takut dengan pendapat orang lain setelah membaca tulisanku, dan banyak alasan lain. Bersyukur, guru-guru menulis selalu memberi semangat. Menulis nggak usah takut dengan pandangan orang lain. Nggak usah takut dengan hasil. Alirkan saja apa yang ada di pikiran dan hati ke ujung jari. Biarkan jari-jari menari tanpa beban sehingga nanti aku bisa menulis dengan bahagia. Dan memang benar, setelah membuang beban mental, menulis jadi lebih ringan.

Penyakit lain yang harus diberantas adalah nggak nulis jika tidak ada tugas. Ini parah banget, ya. Perlu reparasi total. Dimulai dari perbaikan niat. Sebenarnya tujuan mau jadi penulis itu apa? Kalau hanya ingin terkenal seperti Asma Nadia atau Salim A Fillah, lebih baik urungkan niatnya. Karena niat akan membentuk seperti apa kita nanti. Ingat dengan hadits yang mengatakan amal itu tergantung niat. Jika niatnya karena Allah, akan ada kebaikan yang didapat. Tetapi jika hanya berniat karena dunia, maka dunia yang akan didapat tanpa ridho Allah.

Tersebab itu, niat utama menulis saat ini adalah karena Allah. Ingin mengambil peran perantara dalam menyebar cahaya kebaikan. Apalagi buat tipe orang yang tidak terlalu banyak bicara, maka menulis menjadi caraku untuk berkomunikasi dengan dunia.

Para penulis terkenal, tentu mengalami proses panjang yang penuh perjuangan. Tidak ada yang pernah membaca tulisan mereka saat pertama belajar menulis. Jatuh bangun merangkai kata selama puluhan tahun sudah biasa. Maka buat aku yang baru dua tahun belajar menulis, ibarat balita yang baru belajar bicara, harus banyak berlatih. Mengumpulkan perbendaharaan kata, mencatat kata-kata baru, melibatkan kelima indera di mana pun aku berada sebagai bagian dari tugas membaca dan mengumpulkan ide.

Yang nggak kalah penting adalah berkumpul dengan teman-teman yang mencintai dunia pena dalam satu komunitas seperti @nulisyuk. Karena bertemu dan berkumpul dengan teman-teman yang memiliki minat yang sama, akan menjaga semangat berkarya hingga ujung usia. Maka hanya kepada Allah-lah aku meminta agar tetap terjaga dalam jalan yang penuh cahaya kebaikan. Aamiin


 #nulisyuk
#nulisyukbatch38
#challenge1 

Minggu, 06 Oktober 2019

Menulis, Menulis, Dan Menulis

08.00
Entah mulai kapan, dunia tulis menulis mencuri perhatianku. Masa sekolah, khususnya SMA, menulis diari termasuk dalam kegiatan rutin. Nggak tahu ya, tata bahasanya seperti apa. Pokoknya nulis aja apa yang dirasa dan dipikir. Kebiasaan itu sempat hilang saat kuliah. Nggak terpikir untuk menyimpan kenangan saat kuliah dalam tulisan. Masa kerja, memang pernah diminta menulis artikel kesehatan di sebuah majalah. Tetapi, karena merasa kurang di sana sini, akhirnya memutuskan untuk berhenti memberi kontribusi karena ingin belajar menulis terlebih dulu.

Dua tahun lalu, pertama kalinya ikut training buat artikel di Joeragan Artikel. Terkejut karena harus menyelesaikan tantangan buat tiga artikel dalam waktu seminggu. Keringat dingin, dag dig dug karena tenggat waktu hampir habis, tapi baru judul yang disetor ke mentor. Ide nggak mau muncul. Setelah mentor sedikit "ngomel", baru deh adrenalin meningkat dan... taraa, selesai juga artikelnya. 

Alhamdulillah, sejak itu jadi rajin ikut training menulis. Walaupun belum konsisten. Prinsipnya, cari ilmu dulu banyak-banyak. Prakteknya, bagaimana semangat aja. Kalau lagi semangat dan ide bermunculan, hayuklah nulis. Ternyata, pikiran seperti itu malah membuat malas. 
"Nanti dulu, ah."
"Kok tulisannya belum bagus, ya. Malu"
"Nulis apa, ya? Nggak ada yang menarik."
"Lagi nggak mood nulis."

Banyak, kan alasannya. Akhirnya malah nggak mulai menulis. Menunggu dikejar deadline. Menunggu digertak. Menunggu ide jatuh dari langit yang pasti nggak mungkin adanya kalau nggak berusaha sendiri.

Setelah sekian lama, sadar diri. Kalau nggak bisa konsisten menulis, maka hasilnya nggak banyak berubah. Alah bisa karena biasa kata pepatah. 
Disinilah aku sekarang. Bersama teman-teman yang semangat menulis di komunitas @nulisyuk. Yang nggak lelah memberi semangat. Yang energinya selalu terbarukan ketika membaca tulisan mereka. 

Semoga jalan kebaikan itu Allah bukakan sehingga aku bisa menjadi bagian dari dunia literasi.

#nulisyuk
#belajarmenulis
#nulisyukbatch37

Rabu, 29 Mei 2019

Yuk, Nge-teh dengan Seduhan Bunga

19.43
Sobat, apa yang buat rileks sore hari saat penat melanda? Pasti akan mencari yang hangat, manis, dan menyehatkan. Teh hangat bisa jadi pilihan.

Sudah tahu kan, bahwa tradisi minum teh sore hari masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat di beberapa negara. Misalkan saja di Inggris. Minum teh sore hari atau sering disebut afternoon tea biasa dilakukan oleh masyarakat Inggris sembari menunggu makan malam tiba. Tradisi ini juga sebagai ajang berkumpul keluarga atau teman.

Lain lagi di Jepang. Tradisi minum teh atau disebut Chanoyu menjadi tradisi upacara sakral dalam menyambut tamu. Didalamnya terdapat filosofi bagaimana tuan rumah harus bersikap terhadap tamu, saling menghormati di antara keduanya. Penyaji teh adalah orang terpilih yang mempunyai ilmu tentang seni minum teh. Hal ini karena tuan rumah ingin menjamu tamu dengan sebaik mungkin.

Namun, tahukah bahwa sebenarnya tradisi minum teh berasal dari Tiongkok atau Cina. Masyarakat Tiongkok telah minum teh sejak ribuan tahun yang lalu hingga akhirnya tradisi ini menyebar ke berbagai negara.

Selain teh yang berasal dari daun Camelia sinensis, teh bisa juga dibuat dari kuntum-kuntum bunga yang cantik. Ini contohnya.
1. Rosela
Rosela kaya akan antioksidan sehingga baik untuk menjaga kesehatan. Cukup seduh dengan air mendidih, tunggu hingga warna air memerah lalu tambahkan madu. Minum selagi hangat.

2. Chamomile
Kalau teh satu ini membuat Sobat jadi relaks dan mudah tidur. Jadi kalau lagi nggak bisa tidur, seduhlah chamomile. Maka tidur jadi pulas.

3. Mawar
Pasti Sobat sudah tahu bunga dengan wangi khas yang satu ini. Bunga ini pun bisa dijadikan seduhan teh karena kaya dengan vitamin C.

4. Kembang telang
Teh dari Kembang Telang akan memberi warna biru yang cantik. Seduh bunga kering dengan air panas, diamkan sejenak. Tambahkan madu ketika akan diminum.

• Nah, ternyata bunga-bunga cantik itu tidak hanya indah dipandang ya. Dengan rutin meminumnya, kesehatan pun akan terjaga. Namun, carilah bunga-bunga yang yang tidak disemprot dengan pestisida ya agar racunnya tidak ikut masuk ke dalam tubuh.