Minggu, 22 Maret 2020

Yuk, Jaga Diri dan Orang Lain

10.11
Pic from microbiologysociety.org

"Uhuk... uhuk...!"

Satu orang di sebelah rak susu mulai batuk-batuk.

"Uhuk... uhuk... uhuk!"

Orang di sebelah rak makanan instan batuk lebih keras.

"Huek...!"

Ya Allah, seseorang tak jauh dari meja kasir batuk darah.

Maka kacaulah keadaan di supermarket itu. Situasi yang tadinya hiruk pikuk karena orang berebut ingin membeli bahan makanan, semakin tidak terkendali.

Semua berebut ingin keluar. Sayang, di pintu keluar tentara sudah menghadang. Tidak ada yang boleh keluar dari sana. Banyak yang melawan, tetapi moncong senapan sudah menghadang.

Pintu besi perlahan mulai turun. Tanda supermaket akan ditutup total dengan ratusan orang terkunci di dalamnya. Orang-orang ribut, suasana mencekam. Wanita dan anak-anak menangis ketakutan. Tidak sedikit yang berusaha menjebol pintu. Namun sia-sia.
Kondisi di luar supermarket lebih kacau. Orang-orang berjatuhan di jalan. Kendaraan saling bertabrakan. Kota mulai diisolasi. Tidak ada yang boleh keluar. Militer pun berjaga dengan ketat.

Apakah ini nyata? Tenang, ini hanya sekelumit kisah dalam film The Flu produksi Korea Selatan. Kisah tentang wabah yang menular dalam hitungan detik, dari satu orang ke ribuan lainnya.

Saat terjadi wabah seperti kali ini, apa yang diserukan pemerintah dan ulama harus diikuti. Isolasi diri akan menghindarkan wabah meluas.

Kita tidak tahu, siapa saja yang membawa virus dalam tubuhnya. Mereka berkeliaran di jalan, bertemu banyak orang, menyapa, tanpa tahu dirinya mengandung virus.

Ini yang berbahaya. Saat diri tidak menunjukkan gejala awal, tetapi virus sudah berkembang. Pembawa hanya menunggu gejala awal timbul. Tapi penularan lewat pembawa sudah tidak terhitung.

Jadi, kenapa masih ngotot untuk berkeliaran di luar rumah. Beraktivitas dalam rumah, menjaga daya tahan tubuh kita dan orang lain. Bukankah menghindari kerusakan yang lebih masif lebih utama?

#dirumahaja
#isolasidiri
#aktivitasdirumah

Bogor, 22 Maret 2020
@yanidasikun

Minggu, 15 Maret 2020

Mencita-citakan Kematian

22.09
Kematian, sudah seberapa siap jika ia menghampiri. Rasanya jika ditanya sudah siapkah jika Allah memanggil saat ini, jiwa akan merunduk lesu. Kalau bisa, orang lain saja dulu.

Kematian akan datang pada setiap makhluk yang bernyawa. Ingin bersembunyi dalam lubang gelap, tapi tetap saja kematian datang menyapa.

Jika sudah tahu, alangkah lebih baik kita mencita-citakan kematian kita kelak adalah kematian yang baik. Agar kita bisa mempersiapkan diri, membuat rencana terbaik untuk akhir perjalanan di dunia.

Berbekallah dengan kebaikan bukan keburukan. Pastikan bekal itu bukan fatamorgana. Seakan berjuta kebaikan yang kita lakukan, ternyata tidak ada apa-apanya di hadapan Allah.

Apalagi jika bekal kita diberikan pada orang lain yang pernah kita sakiti. Bekal yang kita kumpulkan, dibagi hingga tak bersisa. Jadilah kita orang yang bangkrut karena bekal untuk kehidupan di kampung halaman tidak ada lagi. Maka jangan salah mengumpulkan bekal. Agar kehidupan di kampung halaman lebih bahagia. Jadilah orang yang cerdas dalam menunggu kematian.

Seperti kisah Abdullah ibnu Umar, dia pernah berkata, " Aku bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia berkata, 'Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.' Dia berkata lagi, 'Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdas?' Beliau menjawab, 'Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdas." (HR Ibnu Majah).


#30DWCJilid22
#Day29

Sabtu, 14 Maret 2020

Sang Pengembara

21.48
"Mengarungi samudera kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan"

Begitulah cuplikan syair lagu Bingkai Kehidupan yang dinyanyikan grup nasyid Shoutul Harokah. Kita memang hanya pengembara,yang sekadar mengembara mencari makna hidup. Semua pengembara akan mencari bekal yang akan menemani selama perjalanan. Perjalanan panjang menuju kampung halaman.

Selama perjalanan ada kalanya ditimpa badai berpanjangan. Ada kalanya hanya bertemu kerikil kecil. Namun, untuk sampai di ujung perjalanan semua itu harus dilalui.

Tawa dan tangis. Sehat dan sakit. Bahagia dan sedih. Berhasil dan gagal. Hidup dan mati. Kesemuanya Allah yang menciptakan. Apakah pengembara bisa menolaknya? Tidak ada yang bisa menghindarinya kecuali memohon pertolongan-Nya, agar dikuatkan dalam menjalaninya.

Pasang surut kehidupan tidak pernah berhenti. Terus berputar seiring waktu hingga tiba masanya perjalanan Sang Pengembara berhenti. Cukup atau tidak bekal yang dikumpulkan, ketika Penguasa Alam telah memutuskan maka ia harus berhenti.

Kehidupan hanya mengumpulkan bekal. Bekal kebaikan bagi sesama makhluk hidup yang akan dipertanggungjawabkan kelak. Pengembara tidak tahu, mana bekal yang akan menyelamatkannya kelak.

Dia pun tidak tahu, masa depan apa yang akan menimpanya. Pengembara hanya berikhtiar mempersiapkan dirinya. Mengukir jejak amal baik hari demi hari. Bagi dirinya, orang tua, lingkungan, dan agama.

Hidup hanya saat ini. Hari kemarin, telah berlalu, yang memberi pelajaran berharga. Esok belum tentu ada. Hari ini, di waktu ini, itulah kehidupan sebenarnya. Isilah dengan hal manfaat dan menyelamatkan di masa depan. Hal-hal baik yang diridai Sang Khalik, yang akan menutup akhir perjalanan sebagai bekal ke kampung akhirat.

#30DWCJid22
#Day28

Jumat, 13 Maret 2020

Penantian

21.35
"Buuu... kucingnya sudah lahiran," Elsa berteriak memanggil ibunya. Terlihat tiga bayi kucing yang mungil dan menggemaskan. Masih rapuh untuk dipegang. Induk kucing hanya mendengkur melihat kedatangan Elsa dan ibunya.

Itu hanya sekelumit cerita yang sering dialami makhluk hidup. Kelahiran memang sesuatu yang ditunggu. Kebahagiaan akan kehadiran anggota baru seperti aroma musim semi setelah dingin berlalu. Penuh dengan cerita.

Keahiran adalah satu fase kehidupan, sebelum proses tumbuh dan berkembang. Untuk melestarikan generasi, menghindari kepunahan. Apa jadinya jika makhluk hidup tidak diberi karunia melahirkan? Bumi akan kosong. Yang menua akan tiada, bumi gersang tak ada kehidupan.

Semua adalah keseimbangan. Allah yang menjaga kelestarian makhluk. Allah pula yang kelak akan mematikan. Kita sebagai makhluk hanya menjalani yang telah ditetapkan.

Memang tidak semua dapat melahirkan generasi berikutnya. Itu semua adalah kehendak-Nya. Sebagai hamba tidak boleh menyalahkan keadaan. Tidak boleh mencari-cari kelemahan. Tidak pantas pula menyalahkan Sang Pencipta.

Apa yang kita inginkan, belum tentu diberi oleh Allah. Dia hanya memberi apa yang kita butuhkan. Keinginan kita sangat banyak. Bahkan keinginan yang tidak kita perlukan pun kita minta. Tetapi Allah Mahatahu keperluan kita. Karenanya hanya itulah yang diberikan.

"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Quran surat Al Baqarah ayat 216.

Keinginan kita bisa jadi tidak semua berakhir baik. Mungkin kelak ketika kita diberi apa yang diinginkan, kita malah menjadi orang yang sombong. Orang yang lupa dengan semua nikmat. Karenanya menerima dengan ikhlas pemberian, tentu lebih melapangkan hati.

Allah saja yang mengetahui kejadian di masa depan. Allah yang menakdirkan kelahiran. Sehingga ketika belum diberi, hanya kesabaran dan ikhtiar yang diminta. Sabar yang tidak berbatas. Sabar seluas langit dan bumi.

#Day27

Kamis, 12 Maret 2020

Aku Tidak Tahu Judulnya

22.08
Hatiku, kenapa kosong ya? Apalagi pikiranku. Sedari siang membuat tulisan nggak selesai. Baru setengah jalan, berhenti. Selain kehabisan kata, tulisan pun nggak asyik dibaca.

Ada apa dengan hatiku?

Gelisah sepanjang hari. Mencoba membaca apa yang ada di sekelilingku. Ternyata tetap nggak membantu. Ide datang silih berganti, tapi bingung merangkainya jadi tulisan. Akhirnya hanya menonton youtube. Berusaha mendapatkan semangat, mendapatkan ide segar dan terutama agar hati nggak kosong.

Tapi hasilnya malah tambah galau. Hati makin ciut karena di penghujung zaman, bekal yang dikumpulkan masih sangat sedikit.

Bagaimana mau menghadapi huru hara akhir zaman, mengatasi hura hara hati saja aku sibuk setengah mati. Mengumpulkan bekal selalu bilang nanti. Padahal hari-hari akhir makin dekat.

Hatiku ciut, kecut, membayangkan kejadian yang akan terjadi. Saat terjadi kekacauan di sana sini. Tidak ada tempat untuk berlari dan sembunyi. Hanya yang diberi rahmat dan kasih sayang Allah yang selamat. Apakah aku termasuk di dalamnya?
Memikirkan anak dan keluarga yang jauh, akankah bersama dalam naungan kasih sayang-Nya.

Tapi jika saat itu tiba, masihkah ingat dengan sanak saudara? Bukankah yang dulu dekat dan sangat dikasihi, akan ditinggal jauh. Tidak lagi ada dalam pikiran. Bahkan kalau bisa, menyelamatkan diri sendiri. Hura hara yang menggentarkan hatiku.

Membuat aku tidak bisa memikirkan apapun kecuali hanya Allah. Kecuali hanya memohon ampunan. Memohon agar Allah memaafkan segala dosa dan kesalahan. Memafkan atas hati yang masih lalai. 

Hanya keresahan yang bisa kutulis hari ini. Judulnya pun aku tidak tahu. Aku hanya merasa, hatiku sedikit terobati dengan menuangkan semua resah. Allah pun tahu apa yang terjadi dengan hatiku dan semoga Ia memberi ketenangan padanya.


#30DWCJilid22    #Day26     #hatiyangresah

Sabtu, 07 Maret 2020

Air

19.38
"Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur? " QS Al Waqi'ah: 68-70

Allah, betapa Maha Baik- nya Dia. Mencipta air yang bening lagi tawar sebagai penawar dahaga bagi makhluk yang ada di bumi. Kita hanya menerima keberadaan air, menikmatinya, bahkan sering membuang-buangnya.

Di belahan bumi lain, kekeringan kerap melanda. Hujan jarang turun. Tanah mengeriput menanti basuhan air. Hewan dan tumbuhan menanti dalam sabar, kapan hujan datang sehingga air minum berlimpah. Manusia pun sama. Menanti nyanyian hujan yang mengetuk atap rumah.

Pastilah air dinanti banyak makhluk hidup, terutama manusia. Dengan banyaknya keperluan harian, kita tidak mungkin berlepas dari air. Mandi, menyuci, memasak, istinja, semua perlu air. Apalagi kita ini dicipta 60 persen terdiri dari air.

Metabolisme tubuh kita menjadi tidak optimal saat kita kurang air. Pembuangan zat racun sisa metabolisme tubuh akan terganggu. Yang akhirnya racun-racun itu akan mengendap dalam tubuh, mengganggu kesehatan. Ya, karena airlah yang membawa zat-zat racun itu ke tempat pembuangannya seperti ginjal, paru-paru, kulit, dan usus besar.
Air juga yang membantu sel mengolah nutrisi yang masuk. Menjadikannya energi bagi aktivitas tubuh.

Maka jangan sia-siakan air seakan ia tidak berguna bagi kita. Menyisakan air minum dalam kemasan hanya untuk dibuang, duh... kok rasanya kurang bersyukur ya. Tidak boleh ada perkataan ah, cuman air ini. Seakan menyisakan air dalam kemasan lalu membuangnya adalah hal yang biasa.

Alhamdulillah, Allah masih menurunkan hujan. Bersyukur Allah masih memberi sumber air yang baik. Kita masih bisa minum saat haus. Air masih terasa segar, bukan asin.

Sadarilah, jika air tidak lagi diturunkan. Jika air terasa asin, hingga saat meminumnya tidak juga menghilangkan dahaga. Jika kita tidak bisa lagi minum karena kerongkongan sakit. Tidak bisa minum banyak karena ginjal sakit. Mau ke mana dan mau berbuat apa.

Saat nikmat dicabut satu-satu, yang ada hanya penyesalan karena tidak bersyukur saat masih diberi air yang berlimpah. Hargailah dan gunakan air secukupnya. Agar kita tidak kufur nikmat. Allah, masukkan kami ke dalam golongan hamba-hamba Mu yang selalu bersyukur.

#30DWCJilid22
#pejuang30dwc
#Day21
#Squad4
#pengingatdiri

Senin, 02 Maret 2020

Tulang Belakangku Sayang

22.15
Pernahkah membayangkan, ketika kita nggak punya tulang belakang? Bagaimana gerakan kita? Meliuk-liuk? Merayap? Pasti nggak terbayang seperti apa bentuk kita kalau Allah nggak memberi tulang belakang.

Itulah satu lagi nikmat Allah yang diberikan untuk kita manusia. Yup, itulah nikmat yang benar-benar harus disyukuri. Kenapa? Karena dengan tulang belakang kita berdiri. Dengannya kita berjalan. Dengannya kita duduk. Dengannya saraf-saraf akan terjaga. Dengan tulang belakang juga kita beribadah dengan maksimal.

Nah, apalagi yang kurang dari Allah. Masa masih mengeluh juga. Padahal masih banyak yang menderita dari kita. Seseorang pernah nggak bisa berdiri dan berjalan karena kecelakaan mencederai tulang belakangnya. Bertahun-tahun hanya berbaring di tempat tidur. Mau memiringkan badan pun, susah bahkan harus diiringi jerit kesakitan.
Ada pula yang bolak balik sesak nafas karena bentuk tulang belakangnya nggak normal.

Kita masih beruntung kan, nggak mengalami semua itu. Aktivitas kita nggak terganggu. Maka seharusnya ibadah kita pun nggak boleh kendor. Apalagi salat lima waktu. Salat yang dihisab pertama kali. Malulah, sudah berjuta nikmat diberi tapi masih juga melalaikan salat. Itu kan tanda syukur kita pada Allah.

Dan gerakan salat pula yang membantu kita memiliki postur tubuh yang baik. Gerakan salat yang dilakukan dengan sempurna seperti yang dicontohkan Nabi, akan menjaga bentuk tulang belakang kita. Rukuk contohnya. Ketika rukuk, punggung yang lurus 90 derajat dengan kaki akan mengembalikan posisi tulang kita yang mungkin berubah sedikit.

Mengapa berubah? Aktivitas yang kita lakukan sehari-hari kadang kala memaksa tulang belakang bekerja lebih berat. Misalnya saat mengangkat benda berat, posisi saat duduk tidak tegak atau menyilangkan kaki, meletakkan dompet di saku belakang bagi laki-laki, menggendong anak, dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan di atas tanpa kita sadari akan mengubah posisi tulang belakang. Berakibat sering timbul rasa nyeri di pinggang atau panggul. Apalagi jika kita pernah jatuh terduduk, jatuh dari ketinggian, atau tulang belakang tertimpa benda berat. Bertahun-tahun kemudian kita baru merasa efeknya.

Maka apa yang Allah yang perintahkan, pasti ada kebaikan yang menyertainya. Jika mengikuti, insya Allah semua baik- baik saja.

Ada lagi nih, aktivitas yang bisa menjaga tulang belakang kita. Yaitu berkuda. Saat berkuda kita akan menjaga posisi tubuh agar tegak dan seimbang. Sehingga ketika kuda berjalan, kita tidak terjatuh.

Tepat kan Nabi menyuruh kita berolah raga berkuda. Ternyata hikmahnya banyak, salah satunya menjaga kesehatan tulang belakang kita. Karenanya, menjalankan perintah Allah dan mengikuti Rasulullah itu nggak ada ruginya. Semua baik, seiring sejalan dengan ritme hidup kita. Yakinlah!

#30DWCJilid22
#Day16
#Squad4

Minggu, 01 Maret 2020

Kolesterol, Sahabat Tubuhmu

21.31
Coba, coba... kalau mendengar kata kolesterol, apa sih yang terlintas dalam pikiran? Kelebihan lemak, penyakit jantung, stroke. Hii.. kenapa seram-seram ya. Padahal kolesterol itu ciptaan Allah juga, lho dan nggak ada ciptaan Allah itu yang sia-sia. Lantas kenapa banyak yang takut dengan kolesterol? Mungkin karena belum kenal. Tak kenal maka tak sayang. So, mari kita cari tahu apa itu kolesterol.

Kolesterol adalah senyawa lemak yang diproduksi hati. Jadi sebenarnya tubuh kita bisa memproduksi kolesterol sendiri. Jumlahnya 80 persen diproduksi oleh tubuh dan 20 persen dari makanan yang kita makan. Tapi sepertinya kolesterol yang kita konsumsi lebih dari dua puluh persen, ya. Maka jadilah kadar kolesterol makin bertambah dari normal.

Sebenarnya Allah memberi kolesterol itu untuk membantu tubuh membuat hormon, vitamin D, dan zat yang membantu pencernaan. Dan kolesterol yabg diproduksi tubuh tidak berlebihan. Gaya hidup kita yang mengubah keseimbangan yang ada.

Jika kolesterol di jaringan berlebih, maka kolesterol high density lipoprotein (HDL) yang akan membawa kelebihan itu ke hati untuk dibuang. Tapi kalau makanan yang dimakan selalu mengandung lemak, lama-lama hati akan kewalahan untuk mengolahnya. Hingga akhirnya kelebihan lemak itu dibawa lagi oleh kolesterol low density lipoprotein (LDL) ke seluruh sel tubuh juga ke dalam darah. Jadilah saat memeriksa laboratorium kadarnya dalam darah meningkat.

Melihat peran yang dilakukan HDL dan LDL itulah, disebutkan kolesterol baik dan kolesterol jahat. Padahal nggak ada yang buruk. Karena memang begitulah perintah Allah pada kolesterol LDL, untuk menjaga keseimbangan tubuh terutama organ hati. Nggak kebayang jika kolesterol LDL nggak ada, lemak akan bertumpuk-tumpuk di hati nggak ada yang membawanya keluar untuk mengurangi beban kerja hati. Bagaimana jadinya tubuh ini?

 Maka agar kolesterol tidak menumpuk di sel-sel tubuh dan darah, perbaiki gaya hidup kita. Kurangi makanan-makanan yang akan membentuk lemak tubuh seperti lemak trans yang ada di kue, cake, makanan dari tepung, makanan olahan, gula, dan lain-lain.

Bantu hati kita agar tidak lelah mengolah lemak berlebih dengan mengatur makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh. Tinggalkan makanan yang tidak perlu. Karena tubuh masih menyimpan cadangan makanan yang akan diolah menjadi energi, meskipun kita tidak makan sumber karbohidrat setiap hari.

Dan jangan lupa bersyukur karena Allah beri kolesterol HDL dan LDL sebagai salah satu komponen tubuh untuk menjaga keseimbangan lemak dalam tubuh kita. Semua yang diciptakan oleh-Nya pastilah memberi manfaat bagi kita dan seimbang dalam segala hal.

#30DWCJilid22
#Day15
#Squad4

Sabtu, 29 Februari 2020

Gula, Tak Semanis Namanya

20.06
Hari panas, melihat minuman dingin terpajang di reklame cafe. Huff... siapa yang nggak tergoda mencicipinya. Belum lagi kue-kue dengan berbagai toping, benar-benar mengundang selera. Mengajak kaki melangkah ke dalam, sekedar duduk santai melepas penat dan panas ditemani segelas thai tea yang kekinian. Segar. Adem. Semua gundah ikut pergi.

Itulah bayangan yang ada dalam kepala ketika siang terik mendamba es teh manis. Tapi kalau dipikir, bukannya setiap yang manis belum tentu baik buat tubuh, ya. Lihat saja sajian yang ada saat ini. Kebanyakan penuh dengan tepung, gula, pewarna, creamer, dan lain sebagainya. Dikemas dengan cantik, dipermanis dengan warna warni, tentu menarik mata untuk mencicipi.

Tetapi jika diteliti, makanan itu kosong zat gizi. Kurang vitamin dan mineral, hanya kaya dengan gula refinasi. Gula refinasi yang ada pada makanan pabrik, lebih berbahaya dari pada kokain. Ketika kita mengonsumsi gula, tubuh akan terus menagih rasa manis. Sehingga jumlah yang sedikit nggak cukup, minta lagi dan lagi. Kan gawat.

Efek kelebihan gula rafinasi itulah yang dikhawatirkan, yang terutama adalah naiknya kadar gula darah. Jika insulin sudah nggak mampu lagi menangani kelebihan gula, akhirnya gula akan ikut berjalan-jalan di sepanjang jalan kenangan. Eh... pembuluh darah. Diabetes lah jadinya.

Kebutuhan kita akan gula rafinasi itu nggak banyak, kok. Karena dari makanan segar yang kita makan, sudah cukup mengandung gula. Buah, sayur, umbi-umbian, beras, mengandung gula alami. Itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gula tubuh kita.

Sekiranya kita hanya makan makanan alami, rasanya sih penyakit gaya hidup itu ogah mampir ke tubuh kita. Sel-sel lambung akan bahagia mengolah makanan dan minuman yang masuk. Usus kecil pun akan mudah memilah zat gizi yang pantas masuk ke seluruh sel.

Nggak perlu mencari makanan olahan karena semua nutrisi telah terpenuhi. Kita kan makan bukan untuk kenyang, tetapi mencukupi zat-zat baik yang diperlukan tubuh agar kita bisa berbakti kepada Rabb penguasa alam semesta.

Apalagi kita muslimah, yang mengemban tugas mulia sebagai ibu. Menyediakan makanan dan minuman yang halal dan baik adalah ladang ibadah kita. Sehingga ilmu gizi sederhana perlu kita pelajari.

Kita pasti bisa, belajar sedikit demi dan mengikuti pola makan Rasulullah. Makan tidak berlebihan, berhenti sebelum kenyang dan memilih makanan yang baik.

#30DWCJilid22
#Day14
#PengingatDiri

Jumat, 28 Februari 2020

Emosi? Jangan Dituruti

19.50
Emosi berpengaruh pada kesehatan? Begitulah menurut Pengobatan Timur. Emosi adalah karunia Allah. Diberikan agar kita dapat merasakan dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa emosi, bagaimana cara kita bersosialisasi dengan orang lain? Sulit, bukan?

Saat ada berita duka, wajah kita datar nggak menanggapi. Waktu gembira pun, wajah kita datar. Terbayang bagaimana jika di dunia semua manusia tanpa emosi. Bertemu tetangga, tanpa senyum. Kok seram, ya.

Emosi yang normal memang diperlukan. Tetapi jika berlebihan, emosi itu akan menyakiti organ tubuh. Misalnya pemarah. Sedikit-sedikit marah karena hal nggak jelas. Bahkan ikut emosi ketika mendengar atau membaca berita di media, orang lain punya masalah kita juga ikut sewot. Hati-hati karena mereka yang suka marah, cenderung terkena penyakit hipertensi.

Waktu marah, jantung akan bekerja lebih cepat agar darah ke otak bisa tercukupi. Hormon anak ginjal akan diproduksi untuk menyeimbangkan kerja jantung. Nah, keseringan marah jantung akan dipaksa kerja keras yang akhirnya tekanan darah akan naik. Sayang kan, hanya karena emosi tidak terkendali kita malah sakit.

Apalagi sebagai muslimah, titik emosi ada di hampir sebagian besar otak. Sehingga emosi lebih dominan. Perhatikan saja muslimah ketika menonton acara televisi, baca buku romantis atau kisah sedih, air mata sering mengucur deras. Itulah emosi. Bahkan waktu gembira pun malah menangis.

Karena emosi lebih dominan, hendaknya muslimah dapat mengendalikannya sesuai dengan aturan Allah. Boleh emosi asal tidak berlebih. Menanggapi sesuatu pun secukupnya saja. Jangan terbawa suasana. Jangan mudah tersulut berita yang belum jelas kebenarannya. Jangan pula ikut menyebarkan isu.

Kadang isu atau berita yang tersebar sudah ditambah bumbu-bumbu penyedap sehingga berita sudah tidak asli. Maka kendalikan hati hanya karena Allah saja. Hati yang tenang kunci hidup sehat. Jangan abaikan menjaga hati. Lembutkan dengan banyak membaca Al Quran. Hindari mendengar berita-berita yang mengumbar kebencian pada sesuatu. Mintalah pertolongan Allah, agar Ia selalu menjaga hati kita dari emosi negatif.


#30DWCJilid22
#Day13
#PengingatDiri

Kamis, 27 Februari 2020

Rempah Bikin Sehat

22.25
Wanginya sudah menyeruak saat menuju pintu timur pasar Beringharjo. Hmm... bisa-bisa kalap belanja nih. Karena melihat begitu banyak rimpang segar yang dijual di sini. Sudah tahu, kan wangi apa yang dimaksud? Ya, wangi rempah dan bahan-bahan lain yang sering digunakan untuk membuat jamu.

Betapa Indonesia dikaruniai tanah subur sehingga tanaman, pohon, rempah, tumbuh subur di sini. Semua bermanfaat bagi kita. Sebagai bahan makanan pokok, sayuran yang kaya vitamin dan zat fitokimia, herba berupa rimpang dan dedaunan untuk menjaga kesehatan dan pengobatan, juga rempah untuk bumbu masak dan obat.

Dengan banyaknya bahan makanan dan rempah, seharusnya kita menjadi bangsa yang sehat. Karena di setiap piring kita, beragam warna sayur dan rempah terhidang setiap hari. Jahe, misalnya. Di musim hujan seperti ini, jahe menjadi penghangat badan yang banyak dicari. Wedang ronde, bajigur, sup rempah, dan lainnya terasa nikmat di kala hujan.

Sebagai muslimah yang kelak menjadi ibu, hendaknya rajin mengonsumsi rimpang dan rempah. Apakah itu sebagai minuman atau menjadi bumbu penyedap dalam makanan. Dengan banyaknya kandungan zat-zat bermanfaat dalam rimpang dan rempah, tubuh akan sehat.

Alangkah baiknya tradisi minum jamu yang telah dilakukan nenek moyang kita ratusan tahun lalu, dihidupkan kembali dalam keluarga. Dengan merebaknya kedai jamu di beberapa tempat, jamu tidak lagi sulit ditemui. Tinggal kita mengajak keluarga terutama anak-anak agar terbiasa minum jamu. Lebih baik minum jamu, dari pada thai tea. Lebih baik menjaga kesehatan, dari pada mengobati penyakit.

Rabu, 26 Februari 2020

Ketika Sel Tubuhmu Bertasbih

22.10
Sadar, nggak sih kalau tubuh kita terbangun dari triliunan sel? Dimulai dari pembuahan sel telur oleh sperma, akan terjadi pembelahan sel yang terus menerus sesuai arahan Allah. Dari satu sel, menjadi dua, empat, enam belas, dan seterusnya hingga membentuk janin, bayi hingga orang dewasa.

Triliunan sel ini tidak pernah mengeluh. Ketika tugas membelah belum selesai, mereka akan terus melakukannya. Tanpa tanya kapan harus selesai. Tanpa protes karena lelah. Triliunan sel itu akan terus bertasbih memuji Rabb-nya, yang memberi perintah.

Tugas sel yang beragam, tentunya untuk kepentingan kita. Sel akan membentuk energi untuk aktivitas seharian. Ada yang bertugas membuang zat sisa agar tidak menjadi racun. Ada yang mengatur keluar masuk oksigen dan karbondioksida. Yang bertugas sebagai penyembuh pun ada.

Lihat kan, bagaimana hebatnya Allah merancang itu semua. Untuk kehidupan kita dan kesehatan. Yang diminta hanya satu, kita senantiasa ikut bertasbih bersama sel-sel tersebut agar harmoni.

Maka ketika ada ketidakharmonisan antara sel dan khalifahnya, akan ada gangguan. Sel ingin tunduk patuh pada Rabb-nya, tetapi kita seringkali merasa jadi pemilik tunggal tubuh ini dan berbuat sesuka hati tanpa mengingat Allah.

Sel akan bahagia dan bekerja optimal ketika kita sebagai pemimpin tubuh banyak beribadah. Tilawah, sedekah, menyingkirkan duri di jalan, berprasangka baik, memberi nafkah keluarga, dan perbuatan baik lainnya. Maka menjaga fitrah sebagai muslimah yang baik, akan membuat sel melayani kita dalam kebaikan pula.

Benarlah firman Allah dalam al Quran surat An Nuur ayat 41 bahwa semua yang ada di alam, di langit dan di bumi, semua bertasbih kepada-Nya dengan cara mereka masing-masing. Dengan berzikir yang sama, kita dan alam semesta akan berjalan dan memerankan fungsi sesuai aturan Sang Pencipta.

Sumber bacaan: Haram Bikin Seram - Tauhid Nur Azhar dan Eman Sulaiman


#30DWCJilid22   #Day11    #Squad4   
#PengingatDiri

Selasa, 25 Februari 2020

Iman Is Imun

22.06
Sebagai muslimah, seharusnya kita banyak bersyukur dengan begitu berlimpahnya nikmat dari Allah. Coba kita pikirkan. Sudah berapa lama kita hidup? 20 tahun, 30 tahun? Begitu lama hidup, berapa kali sakit? Setiap harikah? Sebulan sekali atau setahun sekali? Kalau batuk pilek, pasti pernah mengalami. Tapi dengan istirahat cukup, insya Allah tubuh akan kembali pulih.

Mengapa tubuh bisa menyembuhkan dirinya sendiri? Itulah bukti kasih sayang Allah untuk kita. Diberi-Nya sebuah sistem hebat untuk menangkal benda asing yang masuk yaitu sistem imun. Mulai dari luar tubuh hingga ke sel, bertebaran tentara-tentara Allah yang menjaga kesehatan kita. Kulit, bulu hidung, pigmen warna kulit, lendir yang ada di mukosa hidung adalah pertahanan yang menghadang kuman dan aktivitas asing merusak tubuh.

Lebih ke dalam, Allah siapkan asam lambung, air mata, pengatur keasaman tubuh yang akan siap siaga mempertahankan diri. Belum lagi sel darah putih beserta keluarganya, akan terus beredar dalam pembuluh darah siang malam tanpa henti, layaknya penjaga ronda, mencari dan mendeteksi benda asing yang merusak untuk kemudian dihabisi.

Pernah bermain game Pac-Man? Maka seperti itulah keluarga sel darah putih yang bernama makrofag mengejar benda asing. Tidak akan berhenti sebelum menangkap dan menghancurkannya.

Sebenarnya bakteri pun memegang peran dalam menjaga imunitas tubuh. Adanya bakteri normal yang berkembang biak di kulit dan saling berbagi tugas, akan menbentuk lingkungan yang baik bagi mereka dan tidak nyaman bagi pendatang asing yang bermaksud tidak baik bagi tubuh.

Begitu Maha Kuasa-nya Allah, mencipta hal-hal kecil demi kelangsungan hidup kita. Kita sebagai hamba hendaknya ikut menjaga imunitas kita dengan kehidupan yang baik sesuai fitrah penciptaan manusia. Menghamba, tunduk patuh pada aturan-Nya.

Ketika kita beriman dan hati selalu terpaut pada Allah, secara otomatis tubuh kita akan sehat. Karena hati yang senantiasa mengingat Allah, akan tenang (Qs Ar Ra'du:28). Ketenangan hati adalah kunci bagi berlimpahnya hormon bahagia, yang tentu saja akan memperkuat sistem imun kita. Maka jagalah hati, jagalah iman agar sistem imun kita bahagia dan bekerja maksimal sesuai aturan Allah.

Sumber bacaan : Misteri Laskar Imun - Tauhid Nur Azhar, dkk


#30DWCJilid22
#Day10
#Squad4
#PengingatDiri

Senin, 24 Februari 2020

Muslimah Penerus Peradaban

20.14
Muslimah memang harus hebat sesuai dengan kemampuannya, sesuai dengan yang diminatinya. Muslimah suka melukis, lakukan dengan hati. Muslimah suka menulis, tulislah kebaikan yang memotivasi banyak orang. Tetapi niatkan semua itu hanya untuk beribadah kepada Allah. Bukan untuk menggapai ketenaran dan keberlimpahan harta. 

Ketika motivasi untuk beraktivitas sudah didapat, mulailah dari hal kecil. Sedikit demi sedikit, berlatih tak kenal lelah. Hingga akhirnya, impian akan diraih. 

Menghebatkan diri karena anak-anak kelak perlu muslimah hebat yang memberi contoh sebagai ibunya. Muslimah yang bisa menuntut ilmu hingga perguruan tinggi, maka ilmu dapat digunakan terutama untuk mendidik anak-anaknya. Tetapi jika tidak beruntung dan hanya mengenyam pendidikan sekolah menengah, bukan berarti tidak bisa menjadi hebat. Kemauan untuk terus belajar, akan mengantarkan muslimah menjadi ibu yang hebat. 

Mengapa harus begitu? Karena mendidik dan merawat anak-anak bukan seperti membalik telapak tangan. Ada proses panjang, yang pastinya ilmu dan kesabaran yang juga panjang.

Seperti dalam hal menjaga kesehatan anak-anaknya kelak. Hal utama yang dilakukan adalah menjaga kesehatan para muslimah calon ibu sebelum menikah. Muslimah yang sehat adalah aset bagi lahirnya generasi terbaik umat. Generasi sehat, yang kuat fisik namun lembut hatinya.

Proses hamil dan melahirkan merupakan proses yang berat. Maka tubuh yang bugar dan fit menjadi syarat untuk itu. Terbayang saat hamil, muslimah membawa janin seberat tiga kilo setiap hari, setiap detik, ke manapun ia pergi. Berat? Pasti. Letih? Jangan ditanya. Karena itu, sebelum proses hamil tiba muslimah tidak boleh menzalimi diri sendiri.

Contoh, makanlah yang sehat sesuai musim. Saat musim hujan, perbanyak sup hangat yang kaya rempah agar tubuh tetap hangat. Hindari makanan dan minuman dingin. Saat hujan kita tidak ingin minum es teh manis, bukan? Itu karena tubuh sudah memberi tanda menggigil. Tubuh perlu sesuatu yang hangat, bukan dingin. Ikuti tanda yang dikeluarkan tubuh agar imunitas tetap terjaga. Jangan memaksakan diri walaupun haus dan ingin minum es.

Yang penting, makanlah makanan sehat yang mengandung zat-zat gizi yang baik bagi tubuh. Pikirkan bahwa jika muslimah sehat, akan lahir anak-anak berkualitas, anak-anak cerdas, anak-anak berakhlak baik. Makan hanya yang halal dan baik, bukan yang sesuai selera apalagi hanya ingin mengikuti tren. Jalani pola hidup seimbang baik pikiran, hati, dan fisik.

Tidak lupa, ini hanya ikhtiar kita sebagai muslimah. Penentu segalanya hanyalah Allah. Sakit pun takdir dari-Nya. Maka tetaplah meminta yang terbaik di setiap sujud-sujud kita, namun ikhtiar jangan berhenti.

Minggu, 23 Februari 2020

Sehat Itu Pilihan

21.28
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Bahagia menjadi muslimah. Karena Allah itu baik banget sama kita. Saat kita sakit pun, masih ada kebaikan yang mengalir buat kita. Allah gugurkan dosa seperti daun-daun kering yang jatuh ke tanah. Entah berapa banyak jumlah daun itu, kita tidak bisa menghitungnya. Tetapi begitulah Allah gugurkan dosa-dosa kita. Jadi, jangan pernah mengeluh saat sakit. Mengeluh berarti menambah berat sakit. Mengeluh hanya akan melemahkan diri sendiri.

Pernahkah bertemu orang yang dirawat karena sakit tetapi wajahnya justru bahagia? Jarang ya. Kebanyakan kita ketika sakit malah sering mengeluh. Merintih. Merasa susah hati karena penyakit nggak kunjung sembuh.

Tapi pernah nggak sih merenungi diri, kenapa kita bisa sakit? Kalau melihat kisah hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau hanya sakit dua kali saja. Tapi itupun bukan sakit berat. Selebihnya, Rasulullah sangat sehat. Berperang saat puasa sering beliau lakukan.

Berarti jika kita sakit, mungkin ada yang salah dalam memperlakukan diri sendiri. Apalagi sebagai muslimah, yang kelak akan berperan ganda. Sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota masyarakat. Maka menjaga kesehatan itu penting.

Mulailah dengan memilih asupan yang dimakan. Makan hanya yang baik dan halal. Jauhi yang mengandung banyak gula, garam, makanan instan, pewarna buatan, perasa, dan tepung. Sesekali sih, boleh saat darurat. Jangan keseringan. Karena tubuh jadi kekurangan zat-zat baik yang diperlukan untuk mempersiapkan muslimah menjadi ibu. Ibu kan harus sehat. Agar kelak proses hamil, melahirkan, dan merawat anak dapat dilalui dengan lancar.

Mana yang akan dipilih. Makanan warna warni dengan rasa enak tapi palsu. Atau makanan dengan warna dan rasa asli. Semua pilihan ada di tangan kita, wahai muslimah salihah! Karena keberlangsungan generasi terbaik dimulai dari diri kita.

#30DWCJilid22
#Day8
#Squad4
#MuhasabahDiri

Sabtu, 22 Februari 2020

Tentang Perjalanan

23.01
Sebuah perjalanan pasti menyenangkan. Apalagi perjalanan pulang kampung saat mudik lebaran. Akan banyak episode cerita yang diluahkan.

Diawali dengan mengumpulkan bekal agar di perjalanan tidak kurang suatu apa. Berbekal agar saat di kampung halaman dapat berbagi dengan saudara dan orang tua tercinta.

Dan kalau melakukan perjalanan saat mudik lebaran, yang harus dipersiapkan lainnya adalah fisik dan mental. Macet di sepanjang jalan melintasi Jawa kerap terjadi. Karenanya fisik harus terjaga, tetap sehat dan fit terutama yang mengendarai kendaraan sendiri.

Tapi lihatlah, walau harus melalui macet yang kadang buat merana, tetap saja pulang kampung saat lebaran dinanti banyak orang. Kegembiraan berkumpul dengan keluarga besar yang lama tak bertemu, menjadi alasan utama orang rela menembus macet.

Memanglah, perjalanan akan diwarnai oleh rupa-rupa kejadian. Terkadang menyenangkan, tak jarang juga penuh perjuangan dan kesedihan. Namun itu semua harus dilewati. Agar diri tertempa menjadi pribadi yang lebih baik.

Demikian pula dengan hidup. Sejak lahir hingga menutup mata, pasti ada beragam kisah. Dan kisah itu pasti tidak terjadi begitu saja. Ada designer yang telah merancangnya untuk kita. Rancangan hidup yang telah tertulis dan harus kita lewati, suka atau tidak.

Banyak yang berhasil melewati rintangan perjalanan. Tempaan hidup menjadikannya kuat sehingga karya-karya terbaiknya menghiasi semesta. Yang belum berhasil melewati, selama masih diberi kesempatan hidup, masih ada waktu untuk terus belajar. Bisa jadi ketidakberhasilan karena belum menemukan jalan kebaikan ketika menelusuri perjalanan hidupnya sehingga belum adanperubahan berarti. Tetapi Allah akan terus menyertai hingga hamba menemukan jalan itu. Semua berproses.

Asalkan ada niat untuk berkarya, jalan-jalan menggapainya akan terbuka lebar. Jangan berhenti. Satu karya selesai, diikuti karya lain yang lebih baik. Faidza faraghta fanshab, wa ila rabbika farghab. Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.

Perjalanan hidup yang terbatas, tidak boleh membuat kita terlena dengan aktivitas yang monoton dan tidak bermanfaat. Isi selalu hari-hari dengan impian besar yang Allah ridhai. Sehingga ketika Allah memanggil, karya kita masih tertinggal dan memberi manfaat dan kegembiraan bagi banyak orang. Layaknya perjalanan ke kampung halaman, semoga karya kita menjadi bekal terbaik yang akan kita bawa pulang.

Jumat, 21 Februari 2020

Menanti Kematian

19.24
Kematian itu pasti. Tapi kebanyakan kita takut membicarakannya. Alasan kita karena belum siap mati. Belum siap karena kematian memisahkan suami dengan istri. Kematian menjauhkan dari anak-anak yang disayangi. Kematian memisahkan dari harta yang mati-matian dicari dan dikumpulkan semasa hidup.

Kematian akan membawa kita mempertanggungjawabkan semua amal dan dosa. Dan itu yang kebanyakan kita belum siap. Takut dengan azab kubur yang menanti. Takut tidak selamat dan mendapat siksa.

Allah sudah menyampaikan dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 185, "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati." Karena sudah ditetapkan waktunya oleh Allah, kita hanya perlu mempersiapkan kematian. Hingga jika saat itu tiba, tidak ada lagi ketakutan. Waktu hidup di dunia telah ditetapkan, walaupun sebenarnya kita ingin hidup seribu tahun atau hidup selamanya. Kita tidak ingin menghadapi kematian yang terasa menyakitkan. Tapi hanya Allah yang kekal. Dan tidak ada di semesta ini yang menyerupai dengan-Nya.

Bersiaplah dengan datangnya kematian. Karena ia datang tanpa permisi, tidak meminta izin, tidak juga bertanya kita mau bertemu ajal saat apa. Apakah kita sakit atau sehat, kita sedih atau bahagia, kita kaya atau miskin. Jika saat itu tiba, kita hanya berharap itu adalah kematian yang indah. 

Kematian pasti akan datang. Untuk itu kita hanya perlu mengisi kehidupan dengan ukiran-ukiran kebaikan yang dicontohkan Rasullah saw sejak berabad silam. Kita menanti kematian dengan mengisi hari-hari dengan banyak sedekah, tilawah, menolong tetangga, silaturahim, menulis, berkarya, berdakwah, shalat malam, dan banyak amal kebaikan lain. Berharap ketika ia datang, dalam keadaan baik. Dalam keadaan semua ridha pada kita.

Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam selanjutnya. Begitu kata Rasulullah saw dalam hadits riwayat Ibnu Majah saat ditanya para sahabat tentang orang yang cerdas.

Semoga sebelum kematian itu datang, kita telah mengisi hari-hari dengan karya terbaik kita untuk Allah, Rasul, dan orang-orang beriman. Berbekallah, sebelum pulang ke kampung halaman yang dirindu. Berkumpul bersama Rasulullah saw, ibunda Khadijah ra, keluarga, dan sahabat-sahabat sesurga. Berbekallah sebelum kematian datang.

Inspirasi dari tulisan Ustaz Farid Nu'man Hasan

#30DWC
#30DWCJilid22
#Day6
#Squad4
#MuhasabahDiri

Kamis, 20 Februari 2020

CCTV 24 Jam

19.18
Koleksi pribadi


       Di perempatan, lampu lalu lintas mulai kuning tanda sebentar lagi memberi tahu semua kendaraan untuk berhenti. Sebuah motor memacu gasnya, hingga melaju melewati perempatan dengan kecepatan tinggi. Berhasil melewati lampu satu detik setelah berubah merah.

       Seminggu kemudian, surat tilang datang ke rumah meminta pertanggungjawaban motor yang melanggar rambu lalu lintas.
Oh, ternyata di perempatan sudah ditempatkan kamera pengawas. Nggak perlu penjagaan polisi. Kebanyakan pengendara hanya taat kalau ada polisi. Giliran nggak diawasi, bebas berkendara seakan jalan milik sendiri.

       Yakinkah kita, bahwa kamera pengawas 24 jam mengawasi? Bukan punya polisi, bukan punya penegak hukum lain. Tetapi punya Allah.
Dia mengawasi aktivitas kita di dunia tanpa henti, tanpa jeda, tidak tidur, tidak istirahat.

Ucapan kita, dicatat.
Yang kita lihat, nggak luput.
Langkah kaki, terekam jelas.
Gerakan tangan, diketahui. Bahkan lintasan pikiran dan hati, nggak luput dari pencatatan. Jadi, mau ke mana kita? Setiap jengkal tanah yang dipijak, ada kamera pengawas di sana.

       Memang belum ada surat tilang yang datang. Masih bisa mengulang kesalahan yang sama. Sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Ditegur halus sama Allah sih. Tapi nggak sadar juga. Merasa yakin ucapan, pikiran, perasaan, tindakan nggak ada yang salah. Panduan yang ada jarang dibuka.

Dalam panduan itu Allah sudah beritahu 'Sesungguhnya Allah mengawasi kamu sekalian.' Dalam surat An Nisa ayat 1.
Jadi nggak sepatutnya kita berbuat seenaknya di bumi milik Allah.
Semua ada aturan.

Hayuklah berbenah. Berbuat hanya yang baik. Bukan untuk dipuji orang. Tapi agar kamera pengawas itu hanya merekam hal-hal baik saja. Dengan niat karena Allah semata.

#30DWC
#30DWCJilid22
#Day5

Senin, 17 Februari 2020

Fenomena Boba

20.02

Pic from unsplash.com


Antrian mengular hingga ke luar kedai. Tua, muda, anak-anak ikut mengantri dengan sabar demi segelas minuman dingin. Bubble tea namanya. Teh yang dibeei aneka rasa ditambah boba. Boba yang bulat, kenyal, berwarna hitam memang sedang digemari. Kalau nggak minum itu, nggak nge-trend.

Eh, tunggu dulu. Apa-apa yang digandrungi saat ini, belum tentu baik. Pandai memilah, mana yang manfaat mana yang hanya enak sesaat. Kalau diperhatikan, makanan masa kini cenderung kaya gula dan tepung. Ada saja produk makanan baru yang hadir di tengah kita, tapi jarang yang kaya dengan nutrisi. Makanan kosong istilahnya. Dia hanya memuaskan rasa, tapi kebutuhan tubuh akan zat gizi kurang terpenuhi.

Produsen sih nggak salah untuk mengembangkan produk makanan. Hanya kita sebagai konsumen yang harus bijak memilih. Jangan biarkan kita menzalimi diri sendiri dengan terlalu seringnya makan makanan kosong.

Makanan yang mengandung gula memang menarik hati. Rasa yang manis, dibentuk dan diwarnai sedemikian rupa, pastilah akan menggugah selera terutama anak-anak. Semanis-manisnya gula, jangan berterusan.

Gula dalam bentuk karbohidrat memang diperlukan untuk menghasilkan energi. Tapi kalau yang masuk tubuh berlebih, gula yang tidak digunakan akan ditumpuk jadi lemak. Kan akhirnya obesitas. Nggak mau kan jadi obes. Karenanya kendalikan diri dengan gula. Jika belum bisa menghindar seluruhnya, ya kurangi sedikit demi sedikit. Agar tubuh sehat, terhindar dari penyakit akibat gaya hidup tidak sehat. Yuk, berubah.


#30dwc
#30DWCJILID22
#Day2
#pejuang30dwc