Sabtu, 29 Februari 2020

Gula, Tak Semanis Namanya

Hari panas, melihat minuman dingin terpajang di reklame cafe. Huff... siapa yang nggak tergoda mencicipinya. Belum lagi kue-kue dengan berbagai toping, benar-benar mengundang selera. Mengajak kaki melangkah ke dalam, sekedar duduk santai melepas penat dan panas ditemani segelas thai tea yang kekinian. Segar. Adem. Semua gundah ikut pergi.

Itulah bayangan yang ada dalam kepala ketika siang terik mendamba es teh manis. Tapi kalau dipikir, bukannya setiap yang manis belum tentu baik buat tubuh, ya. Lihat saja sajian yang ada saat ini. Kebanyakan penuh dengan tepung, gula, pewarna, creamer, dan lain sebagainya. Dikemas dengan cantik, dipermanis dengan warna warni, tentu menarik mata untuk mencicipi.

Tetapi jika diteliti, makanan itu kosong zat gizi. Kurang vitamin dan mineral, hanya kaya dengan gula refinasi. Gula refinasi yang ada pada makanan pabrik, lebih berbahaya dari pada kokain. Ketika kita mengonsumsi gula, tubuh akan terus menagih rasa manis. Sehingga jumlah yang sedikit nggak cukup, minta lagi dan lagi. Kan gawat.

Efek kelebihan gula rafinasi itulah yang dikhawatirkan, yang terutama adalah naiknya kadar gula darah. Jika insulin sudah nggak mampu lagi menangani kelebihan gula, akhirnya gula akan ikut berjalan-jalan di sepanjang jalan kenangan. Eh... pembuluh darah. Diabetes lah jadinya.

Kebutuhan kita akan gula rafinasi itu nggak banyak, kok. Karena dari makanan segar yang kita makan, sudah cukup mengandung gula. Buah, sayur, umbi-umbian, beras, mengandung gula alami. Itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gula tubuh kita.

Sekiranya kita hanya makan makanan alami, rasanya sih penyakit gaya hidup itu ogah mampir ke tubuh kita. Sel-sel lambung akan bahagia mengolah makanan dan minuman yang masuk. Usus kecil pun akan mudah memilah zat gizi yang pantas masuk ke seluruh sel.

Nggak perlu mencari makanan olahan karena semua nutrisi telah terpenuhi. Kita kan makan bukan untuk kenyang, tetapi mencukupi zat-zat baik yang diperlukan tubuh agar kita bisa berbakti kepada Rabb penguasa alam semesta.

Apalagi kita muslimah, yang mengemban tugas mulia sebagai ibu. Menyediakan makanan dan minuman yang halal dan baik adalah ladang ibadah kita. Sehingga ilmu gizi sederhana perlu kita pelajari.

Kita pasti bisa, belajar sedikit demi dan mengikuti pola makan Rasulullah. Makan tidak berlebihan, berhenti sebelum kenyang dan memilih makanan yang baik.

#30DWCJilid22
#Day14
#PengingatDiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar