Sabtu, 29 Februari 2020

Gula, Tak Semanis Namanya

20.06
Hari panas, melihat minuman dingin terpajang di reklame cafe. Huff... siapa yang nggak tergoda mencicipinya. Belum lagi kue-kue dengan berbagai toping, benar-benar mengundang selera. Mengajak kaki melangkah ke dalam, sekedar duduk santai melepas penat dan panas ditemani segelas thai tea yang kekinian. Segar. Adem. Semua gundah ikut pergi.

Itulah bayangan yang ada dalam kepala ketika siang terik mendamba es teh manis. Tapi kalau dipikir, bukannya setiap yang manis belum tentu baik buat tubuh, ya. Lihat saja sajian yang ada saat ini. Kebanyakan penuh dengan tepung, gula, pewarna, creamer, dan lain sebagainya. Dikemas dengan cantik, dipermanis dengan warna warni, tentu menarik mata untuk mencicipi.

Tetapi jika diteliti, makanan itu kosong zat gizi. Kurang vitamin dan mineral, hanya kaya dengan gula refinasi. Gula refinasi yang ada pada makanan pabrik, lebih berbahaya dari pada kokain. Ketika kita mengonsumsi gula, tubuh akan terus menagih rasa manis. Sehingga jumlah yang sedikit nggak cukup, minta lagi dan lagi. Kan gawat.

Efek kelebihan gula rafinasi itulah yang dikhawatirkan, yang terutama adalah naiknya kadar gula darah. Jika insulin sudah nggak mampu lagi menangani kelebihan gula, akhirnya gula akan ikut berjalan-jalan di sepanjang jalan kenangan. Eh... pembuluh darah. Diabetes lah jadinya.

Kebutuhan kita akan gula rafinasi itu nggak banyak, kok. Karena dari makanan segar yang kita makan, sudah cukup mengandung gula. Buah, sayur, umbi-umbian, beras, mengandung gula alami. Itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gula tubuh kita.

Sekiranya kita hanya makan makanan alami, rasanya sih penyakit gaya hidup itu ogah mampir ke tubuh kita. Sel-sel lambung akan bahagia mengolah makanan dan minuman yang masuk. Usus kecil pun akan mudah memilah zat gizi yang pantas masuk ke seluruh sel.

Nggak perlu mencari makanan olahan karena semua nutrisi telah terpenuhi. Kita kan makan bukan untuk kenyang, tetapi mencukupi zat-zat baik yang diperlukan tubuh agar kita bisa berbakti kepada Rabb penguasa alam semesta.

Apalagi kita muslimah, yang mengemban tugas mulia sebagai ibu. Menyediakan makanan dan minuman yang halal dan baik adalah ladang ibadah kita. Sehingga ilmu gizi sederhana perlu kita pelajari.

Kita pasti bisa, belajar sedikit demi dan mengikuti pola makan Rasulullah. Makan tidak berlebihan, berhenti sebelum kenyang dan memilih makanan yang baik.

#30DWCJilid22
#Day14
#PengingatDiri

Jumat, 28 Februari 2020

Emosi? Jangan Dituruti

19.50
Emosi berpengaruh pada kesehatan? Begitulah menurut Pengobatan Timur. Emosi adalah karunia Allah. Diberikan agar kita dapat merasakan dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa emosi, bagaimana cara kita bersosialisasi dengan orang lain? Sulit, bukan?

Saat ada berita duka, wajah kita datar nggak menanggapi. Waktu gembira pun, wajah kita datar. Terbayang bagaimana jika di dunia semua manusia tanpa emosi. Bertemu tetangga, tanpa senyum. Kok seram, ya.

Emosi yang normal memang diperlukan. Tetapi jika berlebihan, emosi itu akan menyakiti organ tubuh. Misalnya pemarah. Sedikit-sedikit marah karena hal nggak jelas. Bahkan ikut emosi ketika mendengar atau membaca berita di media, orang lain punya masalah kita juga ikut sewot. Hati-hati karena mereka yang suka marah, cenderung terkena penyakit hipertensi.

Waktu marah, jantung akan bekerja lebih cepat agar darah ke otak bisa tercukupi. Hormon anak ginjal akan diproduksi untuk menyeimbangkan kerja jantung. Nah, keseringan marah jantung akan dipaksa kerja keras yang akhirnya tekanan darah akan naik. Sayang kan, hanya karena emosi tidak terkendali kita malah sakit.

Apalagi sebagai muslimah, titik emosi ada di hampir sebagian besar otak. Sehingga emosi lebih dominan. Perhatikan saja muslimah ketika menonton acara televisi, baca buku romantis atau kisah sedih, air mata sering mengucur deras. Itulah emosi. Bahkan waktu gembira pun malah menangis.

Karena emosi lebih dominan, hendaknya muslimah dapat mengendalikannya sesuai dengan aturan Allah. Boleh emosi asal tidak berlebih. Menanggapi sesuatu pun secukupnya saja. Jangan terbawa suasana. Jangan mudah tersulut berita yang belum jelas kebenarannya. Jangan pula ikut menyebarkan isu.

Kadang isu atau berita yang tersebar sudah ditambah bumbu-bumbu penyedap sehingga berita sudah tidak asli. Maka kendalikan hati hanya karena Allah saja. Hati yang tenang kunci hidup sehat. Jangan abaikan menjaga hati. Lembutkan dengan banyak membaca Al Quran. Hindari mendengar berita-berita yang mengumbar kebencian pada sesuatu. Mintalah pertolongan Allah, agar Ia selalu menjaga hati kita dari emosi negatif.


#30DWCJilid22
#Day13
#PengingatDiri

Kamis, 27 Februari 2020

Rempah Bikin Sehat

22.25
Wanginya sudah menyeruak saat menuju pintu timur pasar Beringharjo. Hmm... bisa-bisa kalap belanja nih. Karena melihat begitu banyak rimpang segar yang dijual di sini. Sudah tahu, kan wangi apa yang dimaksud? Ya, wangi rempah dan bahan-bahan lain yang sering digunakan untuk membuat jamu.

Betapa Indonesia dikaruniai tanah subur sehingga tanaman, pohon, rempah, tumbuh subur di sini. Semua bermanfaat bagi kita. Sebagai bahan makanan pokok, sayuran yang kaya vitamin dan zat fitokimia, herba berupa rimpang dan dedaunan untuk menjaga kesehatan dan pengobatan, juga rempah untuk bumbu masak dan obat.

Dengan banyaknya bahan makanan dan rempah, seharusnya kita menjadi bangsa yang sehat. Karena di setiap piring kita, beragam warna sayur dan rempah terhidang setiap hari. Jahe, misalnya. Di musim hujan seperti ini, jahe menjadi penghangat badan yang banyak dicari. Wedang ronde, bajigur, sup rempah, dan lainnya terasa nikmat di kala hujan.

Sebagai muslimah yang kelak menjadi ibu, hendaknya rajin mengonsumsi rimpang dan rempah. Apakah itu sebagai minuman atau menjadi bumbu penyedap dalam makanan. Dengan banyaknya kandungan zat-zat bermanfaat dalam rimpang dan rempah, tubuh akan sehat.

Alangkah baiknya tradisi minum jamu yang telah dilakukan nenek moyang kita ratusan tahun lalu, dihidupkan kembali dalam keluarga. Dengan merebaknya kedai jamu di beberapa tempat, jamu tidak lagi sulit ditemui. Tinggal kita mengajak keluarga terutama anak-anak agar terbiasa minum jamu. Lebih baik minum jamu, dari pada thai tea. Lebih baik menjaga kesehatan, dari pada mengobati penyakit.

Rabu, 26 Februari 2020

Ketika Sel Tubuhmu Bertasbih

22.10
Sadar, nggak sih kalau tubuh kita terbangun dari triliunan sel? Dimulai dari pembuahan sel telur oleh sperma, akan terjadi pembelahan sel yang terus menerus sesuai arahan Allah. Dari satu sel, menjadi dua, empat, enam belas, dan seterusnya hingga membentuk janin, bayi hingga orang dewasa.

Triliunan sel ini tidak pernah mengeluh. Ketika tugas membelah belum selesai, mereka akan terus melakukannya. Tanpa tanya kapan harus selesai. Tanpa protes karena lelah. Triliunan sel itu akan terus bertasbih memuji Rabb-nya, yang memberi perintah.

Tugas sel yang beragam, tentunya untuk kepentingan kita. Sel akan membentuk energi untuk aktivitas seharian. Ada yang bertugas membuang zat sisa agar tidak menjadi racun. Ada yang mengatur keluar masuk oksigen dan karbondioksida. Yang bertugas sebagai penyembuh pun ada.

Lihat kan, bagaimana hebatnya Allah merancang itu semua. Untuk kehidupan kita dan kesehatan. Yang diminta hanya satu, kita senantiasa ikut bertasbih bersama sel-sel tersebut agar harmoni.

Maka ketika ada ketidakharmonisan antara sel dan khalifahnya, akan ada gangguan. Sel ingin tunduk patuh pada Rabb-nya, tetapi kita seringkali merasa jadi pemilik tunggal tubuh ini dan berbuat sesuka hati tanpa mengingat Allah.

Sel akan bahagia dan bekerja optimal ketika kita sebagai pemimpin tubuh banyak beribadah. Tilawah, sedekah, menyingkirkan duri di jalan, berprasangka baik, memberi nafkah keluarga, dan perbuatan baik lainnya. Maka menjaga fitrah sebagai muslimah yang baik, akan membuat sel melayani kita dalam kebaikan pula.

Benarlah firman Allah dalam al Quran surat An Nuur ayat 41 bahwa semua yang ada di alam, di langit dan di bumi, semua bertasbih kepada-Nya dengan cara mereka masing-masing. Dengan berzikir yang sama, kita dan alam semesta akan berjalan dan memerankan fungsi sesuai aturan Sang Pencipta.

Sumber bacaan: Haram Bikin Seram - Tauhid Nur Azhar dan Eman Sulaiman


#30DWCJilid22   #Day11    #Squad4   
#PengingatDiri

Selasa, 25 Februari 2020

Iman Is Imun

22.06
Sebagai muslimah, seharusnya kita banyak bersyukur dengan begitu berlimpahnya nikmat dari Allah. Coba kita pikirkan. Sudah berapa lama kita hidup? 20 tahun, 30 tahun? Begitu lama hidup, berapa kali sakit? Setiap harikah? Sebulan sekali atau setahun sekali? Kalau batuk pilek, pasti pernah mengalami. Tapi dengan istirahat cukup, insya Allah tubuh akan kembali pulih.

Mengapa tubuh bisa menyembuhkan dirinya sendiri? Itulah bukti kasih sayang Allah untuk kita. Diberi-Nya sebuah sistem hebat untuk menangkal benda asing yang masuk yaitu sistem imun. Mulai dari luar tubuh hingga ke sel, bertebaran tentara-tentara Allah yang menjaga kesehatan kita. Kulit, bulu hidung, pigmen warna kulit, lendir yang ada di mukosa hidung adalah pertahanan yang menghadang kuman dan aktivitas asing merusak tubuh.

Lebih ke dalam, Allah siapkan asam lambung, air mata, pengatur keasaman tubuh yang akan siap siaga mempertahankan diri. Belum lagi sel darah putih beserta keluarganya, akan terus beredar dalam pembuluh darah siang malam tanpa henti, layaknya penjaga ronda, mencari dan mendeteksi benda asing yang merusak untuk kemudian dihabisi.

Pernah bermain game Pac-Man? Maka seperti itulah keluarga sel darah putih yang bernama makrofag mengejar benda asing. Tidak akan berhenti sebelum menangkap dan menghancurkannya.

Sebenarnya bakteri pun memegang peran dalam menjaga imunitas tubuh. Adanya bakteri normal yang berkembang biak di kulit dan saling berbagi tugas, akan menbentuk lingkungan yang baik bagi mereka dan tidak nyaman bagi pendatang asing yang bermaksud tidak baik bagi tubuh.

Begitu Maha Kuasa-nya Allah, mencipta hal-hal kecil demi kelangsungan hidup kita. Kita sebagai hamba hendaknya ikut menjaga imunitas kita dengan kehidupan yang baik sesuai fitrah penciptaan manusia. Menghamba, tunduk patuh pada aturan-Nya.

Ketika kita beriman dan hati selalu terpaut pada Allah, secara otomatis tubuh kita akan sehat. Karena hati yang senantiasa mengingat Allah, akan tenang (Qs Ar Ra'du:28). Ketenangan hati adalah kunci bagi berlimpahnya hormon bahagia, yang tentu saja akan memperkuat sistem imun kita. Maka jagalah hati, jagalah iman agar sistem imun kita bahagia dan bekerja maksimal sesuai aturan Allah.

Sumber bacaan : Misteri Laskar Imun - Tauhid Nur Azhar, dkk


#30DWCJilid22
#Day10
#Squad4
#PengingatDiri

Senin, 24 Februari 2020

Muslimah Penerus Peradaban

20.14
Muslimah memang harus hebat sesuai dengan kemampuannya, sesuai dengan yang diminatinya. Muslimah suka melukis, lakukan dengan hati. Muslimah suka menulis, tulislah kebaikan yang memotivasi banyak orang. Tetapi niatkan semua itu hanya untuk beribadah kepada Allah. Bukan untuk menggapai ketenaran dan keberlimpahan harta. 

Ketika motivasi untuk beraktivitas sudah didapat, mulailah dari hal kecil. Sedikit demi sedikit, berlatih tak kenal lelah. Hingga akhirnya, impian akan diraih. 

Menghebatkan diri karena anak-anak kelak perlu muslimah hebat yang memberi contoh sebagai ibunya. Muslimah yang bisa menuntut ilmu hingga perguruan tinggi, maka ilmu dapat digunakan terutama untuk mendidik anak-anaknya. Tetapi jika tidak beruntung dan hanya mengenyam pendidikan sekolah menengah, bukan berarti tidak bisa menjadi hebat. Kemauan untuk terus belajar, akan mengantarkan muslimah menjadi ibu yang hebat. 

Mengapa harus begitu? Karena mendidik dan merawat anak-anak bukan seperti membalik telapak tangan. Ada proses panjang, yang pastinya ilmu dan kesabaran yang juga panjang.

Seperti dalam hal menjaga kesehatan anak-anaknya kelak. Hal utama yang dilakukan adalah menjaga kesehatan para muslimah calon ibu sebelum menikah. Muslimah yang sehat adalah aset bagi lahirnya generasi terbaik umat. Generasi sehat, yang kuat fisik namun lembut hatinya.

Proses hamil dan melahirkan merupakan proses yang berat. Maka tubuh yang bugar dan fit menjadi syarat untuk itu. Terbayang saat hamil, muslimah membawa janin seberat tiga kilo setiap hari, setiap detik, ke manapun ia pergi. Berat? Pasti. Letih? Jangan ditanya. Karena itu, sebelum proses hamil tiba muslimah tidak boleh menzalimi diri sendiri.

Contoh, makanlah yang sehat sesuai musim. Saat musim hujan, perbanyak sup hangat yang kaya rempah agar tubuh tetap hangat. Hindari makanan dan minuman dingin. Saat hujan kita tidak ingin minum es teh manis, bukan? Itu karena tubuh sudah memberi tanda menggigil. Tubuh perlu sesuatu yang hangat, bukan dingin. Ikuti tanda yang dikeluarkan tubuh agar imunitas tetap terjaga. Jangan memaksakan diri walaupun haus dan ingin minum es.

Yang penting, makanlah makanan sehat yang mengandung zat-zat gizi yang baik bagi tubuh. Pikirkan bahwa jika muslimah sehat, akan lahir anak-anak berkualitas, anak-anak cerdas, anak-anak berakhlak baik. Makan hanya yang halal dan baik, bukan yang sesuai selera apalagi hanya ingin mengikuti tren. Jalani pola hidup seimbang baik pikiran, hati, dan fisik.

Tidak lupa, ini hanya ikhtiar kita sebagai muslimah. Penentu segalanya hanyalah Allah. Sakit pun takdir dari-Nya. Maka tetaplah meminta yang terbaik di setiap sujud-sujud kita, namun ikhtiar jangan berhenti.

Minggu, 23 Februari 2020

Sehat Itu Pilihan

21.28
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Bahagia menjadi muslimah. Karena Allah itu baik banget sama kita. Saat kita sakit pun, masih ada kebaikan yang mengalir buat kita. Allah gugurkan dosa seperti daun-daun kering yang jatuh ke tanah. Entah berapa banyak jumlah daun itu, kita tidak bisa menghitungnya. Tetapi begitulah Allah gugurkan dosa-dosa kita. Jadi, jangan pernah mengeluh saat sakit. Mengeluh berarti menambah berat sakit. Mengeluh hanya akan melemahkan diri sendiri.

Pernahkah bertemu orang yang dirawat karena sakit tetapi wajahnya justru bahagia? Jarang ya. Kebanyakan kita ketika sakit malah sering mengeluh. Merintih. Merasa susah hati karena penyakit nggak kunjung sembuh.

Tapi pernah nggak sih merenungi diri, kenapa kita bisa sakit? Kalau melihat kisah hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau hanya sakit dua kali saja. Tapi itupun bukan sakit berat. Selebihnya, Rasulullah sangat sehat. Berperang saat puasa sering beliau lakukan.

Berarti jika kita sakit, mungkin ada yang salah dalam memperlakukan diri sendiri. Apalagi sebagai muslimah, yang kelak akan berperan ganda. Sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota masyarakat. Maka menjaga kesehatan itu penting.

Mulailah dengan memilih asupan yang dimakan. Makan hanya yang baik dan halal. Jauhi yang mengandung banyak gula, garam, makanan instan, pewarna buatan, perasa, dan tepung. Sesekali sih, boleh saat darurat. Jangan keseringan. Karena tubuh jadi kekurangan zat-zat baik yang diperlukan untuk mempersiapkan muslimah menjadi ibu. Ibu kan harus sehat. Agar kelak proses hamil, melahirkan, dan merawat anak dapat dilalui dengan lancar.

Mana yang akan dipilih. Makanan warna warni dengan rasa enak tapi palsu. Atau makanan dengan warna dan rasa asli. Semua pilihan ada di tangan kita, wahai muslimah salihah! Karena keberlangsungan generasi terbaik dimulai dari diri kita.

#30DWCJilid22
#Day8
#Squad4
#MuhasabahDiri

Sabtu, 22 Februari 2020

Tentang Perjalanan

23.01
Sebuah perjalanan pasti menyenangkan. Apalagi perjalanan pulang kampung saat mudik lebaran. Akan banyak episode cerita yang diluahkan.

Diawali dengan mengumpulkan bekal agar di perjalanan tidak kurang suatu apa. Berbekal agar saat di kampung halaman dapat berbagi dengan saudara dan orang tua tercinta.

Dan kalau melakukan perjalanan saat mudik lebaran, yang harus dipersiapkan lainnya adalah fisik dan mental. Macet di sepanjang jalan melintasi Jawa kerap terjadi. Karenanya fisik harus terjaga, tetap sehat dan fit terutama yang mengendarai kendaraan sendiri.

Tapi lihatlah, walau harus melalui macet yang kadang buat merana, tetap saja pulang kampung saat lebaran dinanti banyak orang. Kegembiraan berkumpul dengan keluarga besar yang lama tak bertemu, menjadi alasan utama orang rela menembus macet.

Memanglah, perjalanan akan diwarnai oleh rupa-rupa kejadian. Terkadang menyenangkan, tak jarang juga penuh perjuangan dan kesedihan. Namun itu semua harus dilewati. Agar diri tertempa menjadi pribadi yang lebih baik.

Demikian pula dengan hidup. Sejak lahir hingga menutup mata, pasti ada beragam kisah. Dan kisah itu pasti tidak terjadi begitu saja. Ada designer yang telah merancangnya untuk kita. Rancangan hidup yang telah tertulis dan harus kita lewati, suka atau tidak.

Banyak yang berhasil melewati rintangan perjalanan. Tempaan hidup menjadikannya kuat sehingga karya-karya terbaiknya menghiasi semesta. Yang belum berhasil melewati, selama masih diberi kesempatan hidup, masih ada waktu untuk terus belajar. Bisa jadi ketidakberhasilan karena belum menemukan jalan kebaikan ketika menelusuri perjalanan hidupnya sehingga belum adanperubahan berarti. Tetapi Allah akan terus menyertai hingga hamba menemukan jalan itu. Semua berproses.

Asalkan ada niat untuk berkarya, jalan-jalan menggapainya akan terbuka lebar. Jangan berhenti. Satu karya selesai, diikuti karya lain yang lebih baik. Faidza faraghta fanshab, wa ila rabbika farghab. Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.

Perjalanan hidup yang terbatas, tidak boleh membuat kita terlena dengan aktivitas yang monoton dan tidak bermanfaat. Isi selalu hari-hari dengan impian besar yang Allah ridhai. Sehingga ketika Allah memanggil, karya kita masih tertinggal dan memberi manfaat dan kegembiraan bagi banyak orang. Layaknya perjalanan ke kampung halaman, semoga karya kita menjadi bekal terbaik yang akan kita bawa pulang.

Jumat, 21 Februari 2020

Menanti Kematian

19.24
Kematian itu pasti. Tapi kebanyakan kita takut membicarakannya. Alasan kita karena belum siap mati. Belum siap karena kematian memisahkan suami dengan istri. Kematian menjauhkan dari anak-anak yang disayangi. Kematian memisahkan dari harta yang mati-matian dicari dan dikumpulkan semasa hidup.

Kematian akan membawa kita mempertanggungjawabkan semua amal dan dosa. Dan itu yang kebanyakan kita belum siap. Takut dengan azab kubur yang menanti. Takut tidak selamat dan mendapat siksa.

Allah sudah menyampaikan dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 185, "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati." Karena sudah ditetapkan waktunya oleh Allah, kita hanya perlu mempersiapkan kematian. Hingga jika saat itu tiba, tidak ada lagi ketakutan. Waktu hidup di dunia telah ditetapkan, walaupun sebenarnya kita ingin hidup seribu tahun atau hidup selamanya. Kita tidak ingin menghadapi kematian yang terasa menyakitkan. Tapi hanya Allah yang kekal. Dan tidak ada di semesta ini yang menyerupai dengan-Nya.

Bersiaplah dengan datangnya kematian. Karena ia datang tanpa permisi, tidak meminta izin, tidak juga bertanya kita mau bertemu ajal saat apa. Apakah kita sakit atau sehat, kita sedih atau bahagia, kita kaya atau miskin. Jika saat itu tiba, kita hanya berharap itu adalah kematian yang indah. 

Kematian pasti akan datang. Untuk itu kita hanya perlu mengisi kehidupan dengan ukiran-ukiran kebaikan yang dicontohkan Rasullah saw sejak berabad silam. Kita menanti kematian dengan mengisi hari-hari dengan banyak sedekah, tilawah, menolong tetangga, silaturahim, menulis, berkarya, berdakwah, shalat malam, dan banyak amal kebaikan lain. Berharap ketika ia datang, dalam keadaan baik. Dalam keadaan semua ridha pada kita.

Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam selanjutnya. Begitu kata Rasulullah saw dalam hadits riwayat Ibnu Majah saat ditanya para sahabat tentang orang yang cerdas.

Semoga sebelum kematian itu datang, kita telah mengisi hari-hari dengan karya terbaik kita untuk Allah, Rasul, dan orang-orang beriman. Berbekallah, sebelum pulang ke kampung halaman yang dirindu. Berkumpul bersama Rasulullah saw, ibunda Khadijah ra, keluarga, dan sahabat-sahabat sesurga. Berbekallah sebelum kematian datang.

Inspirasi dari tulisan Ustaz Farid Nu'man Hasan

#30DWC
#30DWCJilid22
#Day6
#Squad4
#MuhasabahDiri

Kamis, 20 Februari 2020

CCTV 24 Jam

19.18
Koleksi pribadi


       Di perempatan, lampu lalu lintas mulai kuning tanda sebentar lagi memberi tahu semua kendaraan untuk berhenti. Sebuah motor memacu gasnya, hingga melaju melewati perempatan dengan kecepatan tinggi. Berhasil melewati lampu satu detik setelah berubah merah.

       Seminggu kemudian, surat tilang datang ke rumah meminta pertanggungjawaban motor yang melanggar rambu lalu lintas.
Oh, ternyata di perempatan sudah ditempatkan kamera pengawas. Nggak perlu penjagaan polisi. Kebanyakan pengendara hanya taat kalau ada polisi. Giliran nggak diawasi, bebas berkendara seakan jalan milik sendiri.

       Yakinkah kita, bahwa kamera pengawas 24 jam mengawasi? Bukan punya polisi, bukan punya penegak hukum lain. Tetapi punya Allah.
Dia mengawasi aktivitas kita di dunia tanpa henti, tanpa jeda, tidak tidur, tidak istirahat.

Ucapan kita, dicatat.
Yang kita lihat, nggak luput.
Langkah kaki, terekam jelas.
Gerakan tangan, diketahui. Bahkan lintasan pikiran dan hati, nggak luput dari pencatatan. Jadi, mau ke mana kita? Setiap jengkal tanah yang dipijak, ada kamera pengawas di sana.

       Memang belum ada surat tilang yang datang. Masih bisa mengulang kesalahan yang sama. Sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Ditegur halus sama Allah sih. Tapi nggak sadar juga. Merasa yakin ucapan, pikiran, perasaan, tindakan nggak ada yang salah. Panduan yang ada jarang dibuka.

Dalam panduan itu Allah sudah beritahu 'Sesungguhnya Allah mengawasi kamu sekalian.' Dalam surat An Nisa ayat 1.
Jadi nggak sepatutnya kita berbuat seenaknya di bumi milik Allah.
Semua ada aturan.

Hayuklah berbenah. Berbuat hanya yang baik. Bukan untuk dipuji orang. Tapi agar kamera pengawas itu hanya merekam hal-hal baik saja. Dengan niat karena Allah semata.

#30DWC
#30DWCJilid22
#Day5

Senin, 17 Februari 2020

Fenomena Boba

20.02

Pic from unsplash.com


Antrian mengular hingga ke luar kedai. Tua, muda, anak-anak ikut mengantri dengan sabar demi segelas minuman dingin. Bubble tea namanya. Teh yang dibeei aneka rasa ditambah boba. Boba yang bulat, kenyal, berwarna hitam memang sedang digemari. Kalau nggak minum itu, nggak nge-trend.

Eh, tunggu dulu. Apa-apa yang digandrungi saat ini, belum tentu baik. Pandai memilah, mana yang manfaat mana yang hanya enak sesaat. Kalau diperhatikan, makanan masa kini cenderung kaya gula dan tepung. Ada saja produk makanan baru yang hadir di tengah kita, tapi jarang yang kaya dengan nutrisi. Makanan kosong istilahnya. Dia hanya memuaskan rasa, tapi kebutuhan tubuh akan zat gizi kurang terpenuhi.

Produsen sih nggak salah untuk mengembangkan produk makanan. Hanya kita sebagai konsumen yang harus bijak memilih. Jangan biarkan kita menzalimi diri sendiri dengan terlalu seringnya makan makanan kosong.

Makanan yang mengandung gula memang menarik hati. Rasa yang manis, dibentuk dan diwarnai sedemikian rupa, pastilah akan menggugah selera terutama anak-anak. Semanis-manisnya gula, jangan berterusan.

Gula dalam bentuk karbohidrat memang diperlukan untuk menghasilkan energi. Tapi kalau yang masuk tubuh berlebih, gula yang tidak digunakan akan ditumpuk jadi lemak. Kan akhirnya obesitas. Nggak mau kan jadi obes. Karenanya kendalikan diri dengan gula. Jika belum bisa menghindar seluruhnya, ya kurangi sedikit demi sedikit. Agar tubuh sehat, terhindar dari penyakit akibat gaya hidup tidak sehat. Yuk, berubah.


#30dwc
#30DWCJILID22
#Day2
#pejuang30dwc